Selasa, 16 Agustus 2011

ILUSI


BY Awa Manusetus

Ada rindu untukmu,disaat malam kian pekat...
Ada sesal mendayu saat malam beranjak pergi.....

tiba dipersimpangan...

kembali.... atau...raib....

keteguhan mulai bergoyang....
seirama detak - detak waktu berlalu...

namun aku masih di sini...
di tempat ini....
di sudut penantian...........

aku tlah lelah...
memerangi keinginanku.....

aku tak kuasa melangkah...
takdir....
mungkin tlah mendekat......
samar kulihat kegelapan dipelupuk keteguhanku....

aku ingin mati muda.......!!!!!!
sebab generasi baru tak boleh kotor.....!!!

JERITAN KEMISKINAN

berkaca di keruhnya air,
yg ada seringai buas dosa mengancam,
riaknya menghujat yg namanya damai..
itu kubangan yg ada hanya darah dan air mata

seribu nasib dalam satu genggaman...
saat terbuka, disapu angin tak berbekas....
jutaan tangis merana....
menangkap waktu, menanti jawab....

itu langit....
itu bumi....
setengah kami tertidur pulas.....
membawa lapar, membawa dahaga...
ke dalam mimpi...yg selalu mendesing....

hari - hari...satu - satu.....
satu mayat...mungkin sejuta....tergeletak...
karena mengiba..
karena meminta......
tak di beri lalu...........MATI......


JERITAN KEMISKINAN
1 OKTOBER 2010
AWA MANSUETUS.....

ku rindu dirimu

kurindu dirimu........saat malam merenda waktu,
seribu kenangan tercipta antara kita, kini hanya kebekuan dalam dekapan....
kehangatan hanya sekilas berlalu....
karena aku rindu....
ada gema dalam hati, pantulkan desiran ombak buzi...
dan ada canda terngiang di telinga sanubari meninggalkan jejak kasih sayang di pasir putih waekoe....
aku bukannya tanpa sesal, sesal ini kan berlari menjauh...
menjauhkan kenangan bebatuan pantau utaseko.....
dan malam syahdu di batu bersusun..........
hinnga sore itu kita berpisah....

untukmu sesalku....
untukku sesalku...
untuk malam aku bersyair...
untuk pagi aku berlagu....
karena kau kurindu.....


dark room...midnight,,,juma'd 1 oktober 2010.....

Syair Rindu Yang Terpenggal........


Sabtu sore
MATER BONI CONSILI CURCH.......
Akhir Oktober 2010.....

Swara Lonceng Bertalu Memanggil....
Buyarkan Mimpi Putra Kelana...
Ada Rindu Bergelayut dalam Bahana Swara Genta......
Rindu Bertelut di haribaanMU

Ringan Kaki Melangkah...
Tiba di Gerbang-Mu ada haru meresap di kalbu.....
Engkau Menyapa Dengan Kelembutan "Kemarilah"
Bening Kristal Air Mata Menyusuri Kegersangan Hati...Ada Damai Hari Ini.....

My Lord Kepada-Mu keluh kesah ini....kepada-MU semua Dosaku...Ku Mohon Ampun...
Betapa Aku Rindu......
Rindu Kepada Kekasih Hati......
Rindu Membelai Dengan Kehangatan.......

Aku Tak Bisa Berpaling...ya Yang Maha Mengatur.....
Engkau Ciptakan Dia Menjadi Separuh Nafasku.........
Aku Tak Kuasa Berpaling..........
Dan Kepada-MU aku menghiba.....
"Tautkan Kembali Kami Berdua" dalam satu cintaMU...Amin....

Tuhan...Berilah Aku Satu Kesempatan Saja....
Untuk mendedikasikan Cinta di Hatiku...!!!!

Senin, 15 Agustus 2011

Surat Buat Kekasih



Akhirnya tiba juga ujung dari cerita,
akhirnya tiba juga aku di pelupuk duka,
ternyata aku yang harus pergi,
...bukan untuk di kenang......

Kerelaan hati yang tertancap di pijakan bekas basah tanah ternoda berucap,
meski berat,aku menyeretnya langkah - langkah sore yang terjejal di antara mulut gua berlumut penuh kebencian.

Aku tak akan menangis, pun jua meratap,

lelehan bening - bening saljuku telah mencair,
sekembalinya dirimu dari bilik berbatu - batu,
hingga terperdaya aku mengejarnya.

dan akhirnya inilah akhir dari segalanya,
ku memang harus terlelap sementara.

namun ..sayang...aku harus terjaga,
untuk ku lanjutkan perjalanan hidup yang sempat tertunda,
oleh buaian - buaian mimpi sesaat.

Aku tak pernah meragukanmu,
pula tak pernah menyimpan bibit - bibit benci di semai - semai hatiku,
aku ikhlas menjalani mimpi ini bersamamu,
tapi sayang, aku harus terbangun,
aku harus merenda lagi jaring - jaring benang sutra takdir yg pernah kuceritakan tempo hari kepadamu

Aku harus pergi sebab gunaku telah purna, dan wajibku telah musnah,
tak akan kuberikan lagi hati ini untuk disinggahi,
tak akan kuberikan lagi tangan ini untuk digenggami,
takan kuberikan harapan ini untuk siapapun,

Maafkan aku sayang ,
jalan di antara kelokan bukit itu,
telah mencabangkan kita, disini kita berpisah.

Aku tak ingin di kenang ataupun di riwayatkan,
sebab aku hanyalah teman, dikala sepi menderamu,
aku hanyalah lentera, di kala gulita menghitamkan jalanmu
,aku tak pantas untuk kau puja,
aku hanyalah sepenggal kisah,yang akan pergi di antara bahagiamu,

Renungan Menjelang Fajar...!!!



Di atas bebatuan Pantai Selatan
Di Tapal Batas Nusa Bunga
...Terpekur Aku Memandang lautan yang Bergelora
Ini Malam di Bebatuan Buzi

Gelora Samudera menghanyutkan permenunganku
Betapa Dahsyat Ciptaan Allah
Jutaan Peringatan datang silih berganti
Lewat Dentuman Tsunami..... menerjang memporak porandakan Aceh dan Mentawai

Lamunanku Sampai kepada Tokoh Gaek Mbah Marijan yang mendeikasikan hidupnya untuk merapi..
Kutelusuri kota perantauan Wasior....aku tiba pada kesimpulan,
bahwa kita hanyalah setitik debu dari ciptaannya...sekali jentik maka sirnalah kita

Dengan gontai aku melangkah
Menyusuri bebatuan pantai boba....
Aku tak sekokoh batu karang....mungkin juga engkau
kekokohanku hanyalah simbol kelemahanku....

Tuhan......aku hanya bisa bertelut
Memohon pengampunanmu.....
Ada dalam benaku...
Jerit tangis anak aceh, anak merapi, anak mentawai dan anak wasior..
Air matanya......air matanya....duka kami sepanjang hidup....

Oh gelora lautan......kami tak bisa berlari darimu
Geloramu datang dalam lautan bathinku.....
Antara memaki mereka atau memaki diri sendiri..
sebab kami telah merusak dan memporak porandakan pertiwi indah....

Oh fajar yang kian dekat...
Aku terbuai dalam kedahsyatan alam ini..
Aku....kau...mereka...kita....
Alam ini pasrah....
Namun dia punya senjata.... kita mesti selaras dengannya....


oh petaka jangan datang ke nusa bunga....
sebab kami berdosa...
sebab kami munafik..
sebab kami licik....
sebab kami bathil...sebab kami durjana....
kami belum siap tuk mati.......

Tentangmu

Ini Hari ada impian Tentang Dirimu...
Ini Hari Aku bertelud memohon....
Sepenggal Maaf dari Sang Khalik....
Ini Hari Juga Ada Air Mata Sesal....

...Kenangan Tentang dirimu....
Belum Ku Kubur...
Tetapi Masih Ku Bawa Pergi...
Bersama Langkahku menapaki jalanku....

Ada Benci...
Ada Rindu...
Mengalir dalam Kesombonganku....
hanya Untukmu....hanya Untuk Diriku.....

Sepenggal Doa Untuk Kemerdekaan


oleh Awa Mansuetus pada 16 Agustus 2010 jam 15:37

Setiap sudut negeri sang merah putih berkibar dgn gagahnya,

Seribu kisah tergambar dalam lambaianya,

Tentang amis darah tulus pahlawan merdeka,

Tentang luka dan duka kekasih,

Tentang berjuta tangis bocah malang,

Tentang jeritan bunda bersedih,

Kini amis darah tulus sirna terbuai wewangian kemunafiakan,

Kemerdekaan dicuri,dikhianati,diluluhlantahkan kepura-puraan,

Tuhan Merdekakan negeri kami sekali lagi...!! Amin

Jeritan.....Sebuah Hati

oleh Awa Mansuetus pada 02 Juli 2010 jam 10:46

For : Hope

By : Awa Mansuetus



Bilik Suram ini...

Adalah Tempat Aku Membangun Surgaku,

Aku Tak Berharap Engkau Datang Ke Duniaku....

Namun Sebaliknya ....

KAu Telah Mengurung Aku Dalam Tabir Keremangannya...



Aku Telah Menembus Dunia Ini.........

Dan Kumasukan Ke Dalamnya..........

Ilusi - Ilusi Tak Terbatas,.........

Kau Tak Percaya Untuk Merobah Duniaku....

Hingga Saatnya Kelak,.....

Kepala ini Hanya Bermahkotakan Kebusukan



Bilik Gelap ini....

Telah Menjadi Duniaku

Dalam Bilangan Tak Terhitung

Hingga Mungkin Akukan Terus Merangkumnya....

Dalam Khayalan Tak Bertepi.......



Bintang biarlah Tetap Pudar.......

Karena Bulanpun Enggan Memancarkan Cahayanya....

FENOMENAKU….



oleh Awa Mansuetus pada 30 Juni 2010 jam 19:52
For : Angela
By : Awa Mansuetus

Di saat perjalananku semakin jauh melewati masa di mana telah terukir kisah dalam pigura waktu yang tergantung megah di dinding mahligai harapanku….
Tak banyak yang ku tahu tentang dia…
Yang ku tahu, bahwa dialah yang telah mengukir harapan di hatiku…
Dan hanya dialah yang telah membangkitkan semangat hidupku….

Ditengah bayang – bayang yang menghujam tajam dalam alur kehidupanku,
Dia bagai lilin yang menerangi gelapnya langkah hidupku……

“Amboi”
Sosok sederhana, mungil, merasuk begitu dalam di setiap relung kehidupanku……
Dada ini bergetar kala nama itu terdengar, meresap mendayu seiring hembusan sepoi bayu menghantarkan aku dalam fenomena keindahanku……..

SURAT BUATMU ( Yang pernah menghiasi hari-hariku)



oleh Awa Mansuetus pada 25 Juni 2010 jam 15:01

Kecantikanmu begitu khas yang tidak menyala seperti glamaour perempuan – perempuan dalam pesta, tetap bagai kunang – kunang yang bercahaya tanpa panas, tanpa suara dan tanpa pretense apapun, tetapi sangat berarti bagiku…!!

Psikologiku tak berdaya menghadapi wanita seperti dirimu, jauh kau kurindu namun dekat kau tak tersentuh . Aku sadar bobot dan keadaanku , aku jelas kalah dalam segalanya…….!!

“Pisah” Vonis ini telah kutanda tangani, dan bukan itu yang kutakuti tetapi pada kelanjutannya saat berjumpa dengan dirimu, inilah yang membuat aku takut dan ingin lari dari hadapanmu. Memang ini bukan tingkah terhormat bagi laki – laki, akan tetapi pada saat seperti ini mungkin lari adalah jalan keluar yang terbaik untuk semua pihak, mungkin untuk sementara waktu; tetepi riil dan boleh jadi paling baik untuk dirimu.

Sampai saat ini aku tetap menghormati kedaulatan pemilihanmu, walau dengan jutaan kepedihan dan menghempasakan ketulusan yang telah kubangun dengan susah payah dan dengan dedikasi sepenuhnya.

Saat ini aku dihadapakan pada sesuatu yang maha dalam yang mengejek halus dan murni, seperti wajah bocah tersenyum atau berlinangan air mata, aku masih menghitung pancaran kejujuran dan bobot makna untaian kata – katamu dan deraian air mata saat kau katakan………..

“ Aku mencintaimu dengan segenap jiwaku”

Hanya Jiwa....!!!!


oleh Awa Mansuetus pada 30 April 2010 jam 20:45


Sekeliling Nanar dalam Tatapan

Sehelai bayangan melarik dalam kilasan memori..

Kerinduan tetap terpatri dalam pigura waktu

jiwa melanglang mencari tali kasih


Raga terpaku dalam kebisuan

Tergetar mengikuti arus jiwa melangkah

Mungkinkah cintakan menjawab

Sebab mata hati seakan tak berdaya menghujam


Doa seakan menjadi racun jiwa

yeng berteiak histeris dalam kubangan kepekatan

Tangan kasih tak terulur menghela

hingga raga tetap terpendam dalam buaian duniawi

LOVE IS CRAZY, BUT RATIONAL



“I like you to share little thing in me "
Ingin ku gambarkan  cintamu, adalah cinta yang murni...!!
Suatu malam pernah kita bercakap - cakap tentang cinta, cinta yang tak pernah kualami hingga kini, di hatiku,selamanya. Karena kamulah aku mengenal apa itu cinta " Bukan Gombal "

"Cinta itu indah mans,dia tidak sombong, dia tidak egois."
"Yah, cinta menutupi segala kesalahan, cinta adalah pengorbanan, dan pengorbanan adalah cinta,cinta berbicara dengan seribu bahasa, disaat mulut gelu dan berbisa, tetapi cinnta tanpa uang akan membuat kita sengsara," kataku
"Cinta tidak pernah mati, walau badan berkalang tanah, LOVE IS CRAZY, BUT RATIONAL, cinta itu tidak materialistik," katamu.
"Cinta akan menyatukan dua dunia yang berbeda, tak mengenal perbedaan,dan apabila kedua dunia tersebut bersatu, itulah yang disebut "MAGIC" timpalmu....
"Cinta itu jujur dengan diri sendiri," timpalmu sekali lagi..
"Cinta itu indah, walau sering berakhir pahit," kataku.
"Cinta itu suci, tak ada yang lebih suci daripada cinta,"

Cinta tak berkesudahan,cinta tak pernah pudar,karena mendapatkannya butuh waktu.......
"Mans, bila engkau sedang jatuh cinta, ambilah lilin dan berdoa. Mintalah apa yang kamu minta, dan akan diberikan padamu, maka cinta itu akan ada dalam dirimu. Cinta takan terjadi bila kita tidak terlebih dahulu mencintai diri kita.
Cinta akan terwujud bila kita memberikan sesuatu, dan bila hal tersebut tidak diterima oleh sesorang yang kita cintai, janganlah marah, sebab kita telah mempunyai cinta.
Cinta tidak bernoda, tetapi terasa begitu hebatnya, hingga tak tersebut dengan kata-kata.

Itulah kalimat yang takan pernah aku lupakan yang terucap dari bibir tipismu....

Aku ingin mengenal cinta lebih dalam lagi, tetapi cintaku harus pergi meninggalkan aku,karena perbedaan agama,dan bangsa tak bisa menjadi magic bagi kami berdua....
Kenangan bersama kekasih yang telah pergi entah ke mana....

" Sayang, kau hanya bisa kucintai, tanpa bisa kumiliki.....
Dimanapun engkau berada " I WILL LOVE YOU TILL THE END.......XUE LEE.....!!!

Teruntuk my first love...VALENTIN IRMA....
Kenangan beranda SMEA SwAstisari Kupang..........!!! Salam hangat buat Merpati Cendana Wangi Djoenina...........

CINTA MENGANDUNG MAKNA SEBANYAK PASIR DI LAUTAN....MISTERINYA TAKAN PERNAH TERJAWAB........

Kepada Bunda.....


Perempuan yang melahirkan......
Tetesan Bening Air matamu, tanda sejuta pengorbanan...
Yang tak bisa terlukiskan dalam syair dan lagu......

Perempuan yang penuh pengorbanan.....
Bentangan tanganmu adalah talih kasih..
Merangkum cinta sejati sepanjang hayat...
membayangi derap langkah ananda di kehidupan ini...

Perempuan yang penuh perjuangan....
Tetesan darah teralir dari rahim sucimu...
Bawa kehidupan ananda hingga dewasa...
Kehidupan ananda adalah nyawa bagimu....
Walau harus bertemour di atas puing kehidupan terseret...

Perempuan yang penuh cinta..
Ke haribaanmu aku bersimpuh...
Tumpangkan Tangan kasihmu, ku mohon doa restu..
Agar tegar jalani kehidupan ini..
Bersama camar cintamu yang melayang berharap.....

KEPADA SAHABAT

Jumat, 22 Oktober 2010


Teriring salam dan doa, semogalah terus bermimpi Indah....
Teruntuk Sahabat di St.Cruz....
Mereka mati muda....
Kita malah tertawa....
midnight, 23.00 PM, Dili 1992


Menapaki hari - hari kelam kita,
dengan desahan putus asa dan kemarahan yang memuncak,
hingga kepala kita tertunduk lesu "GUGUR"
Menjelang malam yang mengerikan, kita berlari menghindari cengkraman ketakutan dan kekalutan, hingga tibalah kita pada tapal batas.....

Namun sahabt, langkah kita lunglai, tertatih - taih
gerbang keindahan tak mampu kita raih, kita kembali ke dalam cengkraman malam malam yang penuh kemunafikan, keputusasaan,kelicikan....dan ketidakadilan..

Kebenaran,keadilan,kejujuran seakan jauh dari kehidupan kita,
Sahabatku hinnga malam ini belum kulihat keceriaan dalam diri kita...
Hakikat kita adalah kemunafikan, tak kulihat kejujuran itu....
Kegamangan milik kita yang labil dengan aproksimasi yang berujung pada intrik keji....

Sahabatku....dimana manusiamu.....
Kita adalah bagiaan dari mereka yang menjadi manusia karena ujud...yanpa kasih dan tanpa cinta,

Sahabatku....kita resah...
Nurani terus berperang....
antara menepis kelaliman atau menyambut kebenaran....
Satu persatu kita rontok....
Bagai helai dedaunan jatu ke muka bumi..
Kita disambut tawa jenaka riak jangkrik di malam hari....
Sahabatku...aku sudah lelah......

SEJARAH KOTA BAJAWA

A. NAMA BAJAWA


Nama Bajawa sebenarnya berasal dari “ Bhajawa ” yaitu nama satu dari antara tujuh kampung di sisi barat Kota Bajawa. Tujuh kampung yang disebut “ Nua Limazua ” tersebut adalah Bhajawa, Bongiso, Bokua, Boseka, Pigasina, Boripo dan Wakomenge. Nua Limazua tersebut merupakan suatu persekutuan “ ulu eko ” yang dikenal dengan “ Ulu Atagae, Eko Tiwunitu ”.

Nua Bhajawa adalah kampung terbesar dari antara tujuh kampung tersebut dan merupakan tempat tinggal Djawa Tay sebagai Zelfbertuurder atau raja pertama dan Peamole sebagai raja yang kedua. Mungkin karena itulah nama Bhajawa lebih dikenal dari yang lainnya dan digunakan oleh Belanda sebagai nama pusat pemerintahan Onder Afdelling Ngada. Bhajawa kemudian berubah menjadi Bajawa karena penyesuaian pengucapan terutama bagi orang Belanda ketika itu yang tidak bisa berbahasa daerah dengan benar.

Dari aspek etimologi, kata “ Bhajawa ” terdiri dari “ bha ” yang berarti piring dan “ jawa ” yang berarti perdamaian. Jawa bisa berarti tanah Jawa. Sehingga “ Bhajawa ” bisa berarti piring perdamaian, bisa juga berarti piring dari Jawa, sama seperti “ Pigasina ” yang berarti pinggan dari Cina.

Dataran di sebelah timur dari tujuh kampung tersebut, yang kemudian menjadi pusat kota Bajawa, pada mulanya masih merupakan kebun ladang dengan banyak nama seperti “ Mala ”, “ Ngoraruma ”, “ Surizia ”, “ Umamoni ”, “ Padhawoli ”, “ Ngedukelu ”, dan lain-lain. Kawasan gereja dan pastoran Paroki MBC bernama Surizia, kawasan rumah jabatan Bupati, Mapolres dan Kantor Daerah lama bernama Ngoraruma, kawasan tangsi Polisi dengan nama lain lagi, dan seterusnya.

B. AWAL BERDIRINYA KOTA BAJAWA SAMPAI KEMERDEKAAN INDONESIA ( 1908-1945 )

Tidak mudah menentukan tanggal, bulan dan tahun lahirnya Kota Bajawa, karena sulit mendapatkan rujukan tertulis. Walaupun demikian, penuturan Bapak H. Nainawa dan beberapa sumber lain dapat sedikit menyingkap kisah awal Kota Bajawa.

Kota Bajawa dirintis oleh penjajah Belanda. Pada tahun 1907 di bawah pimpinan Kapiten Christoffel, setelah menguasai Larantuka dan Sikka, Belanda mengadakan aksi militer untuk menguasai wilayah Ende, Ngada dan Manggarai. Pada 10 Agustus 1907, pasukan Christoffel tiba di Ende dan hanya dalam waktu sekitar 2 minggu berhasil mengalahkan Rapo Oja dari Woloare dan Marilonga dari Watunggere serta menguasai wilayah Ende. Pada 27 Agustus 1907, pasukan Christoffel mulai melakukan agresi militer ke wilayah Ngada. Sesudah pertempuran di Rowa, Sara, Mangulewa dan Rakalaba, pada 12 September 1907 Bajawa menyerah. Di Bajawa pasukan Belanda menempati lokasi di pinggir kali Waewoki (sekitar rumah potong hewan sekarang) karena dekat mata air Waemude sebagai sumber air minum. Dalam waktu 3 bulan pasukan Christoffel berhasil menguasai seluruh wilayah Ngada dan selanjutnya pada 10 Desember 1907 seluruh wilayah Manggarai dikuasainya. Setelah pemberontakan Marilonga dapat dipadamkan pada tahun 1909 maka pada tahun 1910 seluruh wilayah Flores takluk kepada pemerintah Kolonial Belanda.

Belanda mulai mengatur pemerintahan yang pada mulanya bersifat militer di bawah pejabat militer yang disebut “ Gezaghebber ”, kemudian bersifat sipil di bawah pejabat sipil yang disebut “ Controleur ”. Kapiten Spruijt yang menggantikan Christoffel diangkat sebagai Gezaghebber Ende, van Suchtelen menjadi Gezaghebber Lio, dan Couvreur menjadi Gezaghebber mulai dari wilayah Nangapanda, Ngada, sampai Manggarai.

Agar kegiatan pemerintahan penjajah lebih tertib, keamanan lebih terkontrol dan pemungutan pajak serta kerja rodi yang sebelumnya tidak dikenal oleh masyarakat Ngada, dapat terlaksana dengan baik, Belanda membentuk suatu sistem pemerintahan baru yang sangat berbeda dengan sistem tradisional. Sebelumnya, masyarakat Ngada hidup berkelompok dalam “ ulu eko ”, “ nua ” dan “ woe ” yang bersifat otonom dan tidak ada struktur yang lebih tinggi di atasnya. Demi efektivitas penjajahan, dibentuklah struktur baru di atasnya yaitu “ Zelfbesturende Landschap ” atau “Landschap Bestuur” yang dipimpin oleh seorang “ Zelfbestuurder ” atau raja yang diangkat oleh Belanda dari antara pemuka masyarakat setempat yang paling berpengaruh.

Pada tahun 1912, di seluruh Flores terdapat 27 Landschap Bestuur dan di wilayah Ngada terdapat 6 Landschap Bestuur yaitu Landschap Bestuur Ngada di bawah Djawatay, Nage di bawah Roga Ngole, Keo di bawah Moewa Tunga, Riung di bawah Petor Sila alias Poewa Mimak, Tadho di bawah Nagoti, dan Toring di bawah Djogo.

Pada 1 April 1915, menurut Indisch Staatsblad Nomor 743, Afdeling Flores dibentuk dipimpin seorang Asistant Residen berkedudukan di Ende, membawahi 7 Onder Afdeling, termasuk Onder Afdeling Ngada. Onder Afdeling Ngada dengan ibukotanya Bajawa terdiri dari 4 Landschap Bestuur yaitu Ngada dipimpin Djawatay, Nage dipimpin Roga Ngole, Keo dipimpin Moewa Tunga dan Riung dipimpin Petor Sila. Sedangkan Tadho dan Toring yang sebelumnya berdiri sendiri, bergabung dengan Riung. Karena pada tahun 1916-1917 terjadi perang Watuapi dipimpin Nipado, maka pengangkatan menjadi Bestuurder ( raja ) melalui penandatanganan Korte Verklaring ( perjanjian pendek ) sebagai pernyataan takluk kepada kerajaan Belanda baru dapat dilakukan pada 28 November 1917. Sebelum penandatanganan Korte Verklaring tersebut, Bestuurder (raja) diangkat dengan Keputusan Pemerintah ( Government Besluit ).

Pada tahun 1931/1932 struktur pemerintahan penjajahan Belanda di wilayah Ngada adalah Onder Afdeling Ngada berpusat di Bajawa dipimpin oleh Controleur (seorang Belanda), mencakupi 3 Landschap Bestuur yaitu Ngada dengan ibukota Bajawa, Nagekeo di Boawae dan Riung di Riung. Landschap Bestuur Keo dan sebagian komunitas masyarakat adat Toto bergabung dengan Nage, menjadi Landschap Bestuur Nagekeo berpusat di Boawae.

Pada tahun 1938 struktur pemerintahan penjajahan Belanda di Flores dan di wilayah Ngada mengalami penyempurnaan disesuaikan dengan Inlandsche Gemmente Ordonantie Buitengewesten ( IGOB ) yang dimuat dalam Ind. Stb. 1938 Nomor 490 jo Ind. Stb. 1938 Nomor 681. Struktur baru tersebut adalah Onder Afdeling Ngada dipimpin oleh Controleur ( orang Belanda ) mencakup 3 Landschap Bestuur yaitu Ngada, Nagekeo dan Riung masing-masing dipimpin raja. Di bawah Landschap Bestuur adalah Gemmente / Haminte dipimpin oleh Kepala Haminte / Kepala Mere atau Gemmente Hoofd yang membawahi kampung-kampung yang dipimpin oleh kepala kampung.

Sebenarnya pada mulanya Belanda memilih Aimere sebagai ibukota Onder Afdelling Ngada karena mudah dijangkau melalui laut, sedangkan Bajawa dengan udaranya yang sejuk dan ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut disiapkan dan memang sangat cocok untuk tempat peristirahatan. Di Bajawa dibangun 3 buah pesanggrahan ( penginapan ) yaitu pada bekas Kantor Kecamatan Ngadabawa, Mapolres Ngada dan Kantor Banwas Ngada sekarang. Tanah tempat bangunan pesanggrahan tersebut ditunjuk oleh Djawatay yang ketika itu diangkat menjadi Bestuurder Landschap Ngada. Bajawa kemudian ditetapkan sebagai ibukota Onder Afdeling Ngada mungkin dengan pertimbangan bahwa Bajawa lebih di tengah untuk bisa menjangkau wilayah Riung dan Nagekeo, sedangkan Aimere terlalu di pinggir barat. Ketika terbentuk Onder Afdeling Ngada pada 1 April 1915 dan Bajawa ditetapkan sebagai ibukotanya, maka pesanggrahan pada bekas Kantor Kecamatan Ngadabawa dijadikan kantor, pada Mapolres Ngada sekarang menjadi tempat tinggal Gezaaghebber / Controleur dan pada Kantor Banwas sekarang tetap menjadi pesanggrahan. Kantor Controleur kemudian dibangun dari kayu pada sisi timur pesanggrahan ( pada lokasi Kantor Dinas Pendapatan sekarang ). Sangat disesalkan bangunan bersejarah tersebut, yang kemudian juga digunakan sebagai gedung DPRD Kabupaten Ngada telah diruntuhkan dan kini berganti dengan bangunan Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Ngada. Sedangkan Kantor Bestuurder ( raja ) dibangun di Kampung Bajawa.

Ketika Belanda mulai menjajah wilayah Ngada secara fisik, mereka menemukan kehidupan masyarakat masih sangat sederhana bahkan primitif serta sering bergolak karena terjadinya pertikaian antara suku. Untuk itu, Belanda berupaya mendirikan sekolah rakyat, selain untuk menjalankan “ politik etis “ pemerintah Belanda, juga agar masyarakat dapat baca-tulis, tidak primitif, dan juga memperhalus budi dan perilaku sehingga mengurangi pertikaian antar suku serta mengurangi pola pikir yang tidak rasional ( takhiul atau percaya sia-sia ).

Pada tahun 1908 Gezaaghebber Couvreur menyurati Misionaris Jesuit di Larantuka untuk mengirimkan guru ke Flores bagian barat, termasuk ke Bajawa, namun belum dikabulkan. Pada tahun 1911 Gezaaghebber Koremans dan Controleur Hens menyurati lagi Misionaris Jesuit di Larantuka dengan maksud yang sama. Pada tahun 1912 Misionaris Jesuit di Larantuka melalui Panitia Persekolahan Flores ( School Vereniging Flores ) yang baru dibentuk, mengirimkan seorang guru bernama Johanes Patipeilohy dan pada tahun yang sama membuka sekolah rakyat yang pertama untuk Onder Afdeling Ngada dengan nama Sekolah Rakyat Katolik Bajawa. Sekolah pertama ini menggunakan gedung yang sekarang ini menjadi Kantor PWRI di Jalan Gajah Mada. Pada tahun 1915 datang lagi dari Larantuka seorang guru bernama Markus Fernandez.

Kedua guru tersebut sekaligus menjadi Misionaris Awam Katolik pertama untuk Bajawa. Tercatat pada 19 Oktober 1915, Mgr. Petrus Noyen, SVD, dalam kunjungan pertamanya ke Bajawa, mempermandikan 28 orang anak sekolah menjadi orang Katolik pertama di Bajawa hasil didikan kedua guru tersebut. Mgr. Petrus Noyen, SVD menginap di pesanggrahan / tempat kediaman Controleur. Pada 28 April 1920, Mgr. Petrus Noyen, SVD bersama Pater J. de Lange, SVD dan Pater J. Ettel, SVD kembali mengunjungi Bajawa melalui Aimere dengan kapal KPM. Pada hari Minggu 9 Mei 1920 sebelum Pentekosta ada perayaan Komuni Pertama dan Krisma yang didahului dengan permandian 30 anak. Pater Ettel mencatat peristiwa itu sebagai berikut : “ Dari dekat dan jauh semua anak sekolah berdatangan bersama guru-guru mereka. Bajawa penuh dengan kuda. Upacara berlangsung dengan gemilang, belum pernah orang menyaksikan peristiwa semacam itu. Putera sulung Hamilton ( Gezaaghebber Onder Afdeling Ngada ) termasuk anak-anak yang menerima Komuni Pertama, ayah dan puteranya sama-sama menerima Sakramen Penguatan (Krisma), suatu hal yang memberi kesan yang sangat mendalam. Di halaman Gezaaghebber diselenggarakan suatu perjamuan pesta. Juga semua kepala desa / kampung diundang.”

Karena perkembangan umat Katolik sangat pesat, maka pada 11 Oktober 1921 berdirilah Paroki Mater Boni Consilii Bajawa, dengan Pastor Paroki pertama Pater Gerardus Schorlemer, SVD. Paroki yang baru ini belum memiliki gedung gereja, sehingga peribadatan dilakukan di gedung SRK Bajawa. Pada tahun 1922 sebuah gereja kecil di bangun pada lokasi gedung Patronat MBC yang lama. Pada 19 Juni 1928 Paroki MBC Bajawa menerima surat resmi dari kantor Van Inland Zelfbestuur yang ditandatangani oleh Raja Peamole yang menyerahkan sebidang tanah untuk membangun gedung gereja, pastoran dan kebutuhan lain bagi umat Katolik Paroki MBC Bajawa. Selanjutnya pada Oktober 1928, dimulailah pembangunan gedung gereja oleh seluruh umat dipimpin oleh Bruder Fransiskus, SVD. Bangunan gereja bergaya Gotik tersebut rampung dan diresmikan dalam upacara pemberkatan meriah oleh Mgr. Arnold Vestraelen, SVD pada 30 Mei 1930. Sedangkan pastoran MBC baru mulai dibangun pada 14 April 1937 dipimpin oleh Bruder Coleman, SVD.

Ketika itu masih sering terjadi pembunuhan akibat pertikaian antar suku. Karenanya, untuk menampung para hukuman, pemerintah membangun rumah tahanan atau penjara atau karpus yang dalam bahasa setempat menyebutnya “bui” atau “baru dheke”. Pada mulanya rumah tahanan dibangun darurat berdinding seng pada lokasi yang kemudian dibangun pasar (sekarang menjadi kantor Dinas Nakertrans). Sekitar tahun 1918 rumah tahanan berpindah lokasi ke depan tangsi Polisi dan dibangun permanen. Gedung tersebut sampai sekarang masih terjaga.

Untuk menjaga keamanan wilayah, di Bajawa ditempatkan sejumlah tentara. Untuk itu, dibangun tangsi tentara Belanda yang selanjutnya sekitar tahun 1939 beralih menjadi tangsi Polisi sampai sekarang. Sedangkan Mapolres yang ada sekarang adalah bekas pesanggrahan yang kemudian menjadi tempat kediaman Gezaaghebber.

Sebuah rumah sakit dibangun dalam bentuk bangunan kayu. Bangunan ini kemudian pernah menjadi Kantor Departemen Penerangan Kabupaten Ngada dan sekarang telah diruntuhkan dan dibangun rumah dinas. Lokasi rumah sakit kemudian berpindah ke arah timur pada tempat Kantor Bappeda Ngada di Jalan Gajah Mada sekarang.

Kawasan perdagangan terletak pada sisi barat kota. Pada bekas bangunan darurat rumah tahanan dibangun pasar Bajawa, yang ketika pasar berpindah ke lokasi yang baru sekarang, bangunan pasar lama tersebut setelah direnovasi, digunakan berturut-turut sebagai kantor Dinas P dan K, Dinas PU, Kantor Departemen P dan K dan terakhir ditempati oleh Dinas Nakertrans. Kompleks pertokoan berada pada sepanjang Jalan Peamole sekarang.

Untuk kebutuhan pegawai, pemerintah Belanda membangun sejumlah rumah pegawai yang sekarang berada di Jalan Imam Bonjol, Jalan Gajah Mada, dan jalan di belakang Kantor Dinas Perkebunan menuju ke arah pasar Bajawa sekarang. Sedangkan rumah tinggal Controleur yang dibangun sekitar tahun 1928-1930, hampir bersamaan waktunya dengan pembangunan gedung Gereja Paroki MBC Bajawa, kini menjadi rumah jabatan Bupati Ngada.

Untuk memenuhi kebutuhan air minum, diambil air dari sumber mata air Waereke dan dibangun pula bak penampungan yang kini masih berdiri di depan TKK Bhayangkari Bajawa.

Untuk memenuhi kebutuhan akan pekuburan, sekitar tahun 1930, dibuka pekuburan Katolik pada lokasinya sekarang ini.

Perkembangan kota Bajawa yang bergerak ke arah utara dan timur, mengakibatkan “ Nua Limazua ” yang sebelumnya menjadi pusat pemukiman berada di pinggir kota. Di samping itu, sering terjadinya kebakaran yang menghanguskan hampir semua rumah adat, terutama di kampung Bhajawa, Bokua dan Boseka, menyebabkan mereka mulai berpindah ke lokasi yang baru mengikuti arah perkembangan kota Bajawa. Sekitar tahun 30-an kampung Bokua dan Boseka berpindah ke arah timur pada lokasi sekitar Kantor Kelurahan Tanalodu sekarang dan sesudahnya berpindah lagi ke arah selatan kaki bukit Pipipodo, pada lokasi kampung Bokua dan Boseka sekarang. Kampung Bongiso berpindah ke arah utara bergabung dengan Wakomenge yang turun dari puncak bukit Wolowakomenge ke tempatnya sekarang. Kampung Pigasina berpindah ke arah timur berdampingan dengan kampung Boripo sekarang. Sedangkan sebagian dari warga kampung Bajawa berpindah ke arah timur membentuk kampung Bajawa B, berlokasi di sekitar Kantor Kelurahan Tanalodu sekarang dan kampung Bajawa C, berlokasi di kawasan Rumah Tahanan Bajawa sekarang.

Dalam struktur pemerintahan ketika itu, kawasan kota Bajawa termasuk dalam wilayah Haminte Ngadabawa dengan kepala haminte atau kepala mere yang pertama Waghe Mawo yang kemudian diganti oleh Nono Ene. Wilayah Haminte Ngadabawa meliputi kawasan kota Bajawa dan kampung sekitarnya yaitu Bhajawa, Bokua, Boseka, Bongiso, Boripo, Pigasina, Wakomenge, Wolowio, Beiposo, Likowali, Warusoba, Watujaji, Bowejo, Bosiko, Bejo, Bobou, Fui, Seso dan Boba. Setelah kemerdekaan, Nono Ene digantikan oleh Thomas Siu sebagai Kepala Mere Ngadabawa melalui pemilihan langsung. Menjelang pembentukan Daerah Tingkat II Ngada, Thomas Siu diganti oleh Paulus Maku Djawa.

C. DARI KEMERDEKAAN INDONESIA SAMPAI TERBENTUKNYA KABUPATEN NGADA ( 1945-1958 )

Sampai kemerdekaan tahun 1945, kawasan kota Bajawa hanya terdiri dari kompleks gereja dan pastoran Paroki MBC, lapangan, rumah jabatan Controleur, pesanggrahan, kantor Controleur, Sekolah Rakyat Bajawa, rumah sakit lama, pasar lama, kompleks pertokoan lama, rumah penjara, tangsi Polisi dan sejumlah rumah dinas pegawai. Pemukiman penduduk berada di luar kawasan kota pada kampung-kampung sebagaimana digambarkan di atas.

Perkembangan kawasan kota Bajawa setelah kemerdekaan tahun 1945 sampai tahun 1950 berjalan sangat lambat. Keadaan Negara Indonesia yang berada dalam masa perang kemerdekaan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kota Bajawa. Hampir tidak ada perkembangan. Setelah pada tahun 1950 Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dan suasana perang berakhir, kota Bajawa mulai sedikit bertumbuh.

Pada 5 Desember 1953, para Suster Karmel Tak Berkasut membuka biara di Bajawa. Mereka langsung menempati pintu masuk kota Bajawa. Kehadiran para Suster Karmel Tak Berkasut dengan Klausura Agung di Bajawa, dengan doa dan keteladanan mereka, membawa nuansa yang khas bagi kota Bajawa dan perkembangan Gereja Katolik di Bajawa dan sekitarnya.

Pada tahun 1954, SRK Bajawa II ( sekarang SDK Kisanata ) didirikan. Bersamaan dengan itu, SRK Bajawa I ( sekarang SDK Tanalodu ) yang dibangun pada tahun 1912 berpindah lokasi ke tempat sekarang. Kedua sekolah tersebut akhirnya berdiri berdampingan, SRK Bajawa I untuk anak laki-laki dan SRK Bajawa II untuk anak perempuan.

Pada bulan Januari 1955, Yayasan Vedapura yang berdiri di Ende membuka Kantor Cabang Vedapura di Bajawa. Yayasan ini menangani persekolahan Katolik untuk seluruh wilayah Ngada, Nagekeo dan Riung, dan menempati kantornya sampai sekarang di Jalan Sugiopranoto Bajawa. Selain Yayasan Vedapura, berdiri pula Yayasan Sanjaya yang mendirikan SMPK Sanjaya Bajawa pada 1 Agustus 1955, sebagai SMP yang pertama untuk kota Bajawa dan menempati lokasi pada SMPN I Bajawa sekarang.

Pada 4 Maret 1957, para Suster FMM memulai karya mereka di bidang pendidikan, kesehatan dan karya sosial lainnya di Bajawa. Mereka membangun biara di luar kawasan kota bagian utara, pada lokasi yang mereka tempati sekarang di Jalan Yos Sudarso.

Luas kawasan pusat kota Bajawa mengalami sedikit perkembangan dengan kehadiran biara Karmel, SMPK Sanjaya, Susteran FMM dan SRK Bajawa II. Pada saat ditetapkan menjadi ibukota Daerah Tingkat II Ngada, kawasan pusat kota Bajawa adalah utara dengan biara FMM, selatan dengan biara Karmel, timur dengan SMP Sanjaya dan pekuburan Katolik, barat dengan kali Waewoki, yang kini kita kenal sebagai “ down town ” atau kota lama.

Mengenai terpilihnya kota Bajawa menjadi ibukota Daerah Tingkat II Ngada, H. Nainawa menuturkan bahwa pada mulanya Bajawa bersaing ketat dengan Boawae sebagai calon ibukota Daerah Tingkat II Ngada yang akan dibentuk. Dalam suatu pertemuan pada awal tahun 1958 di rumah jabatan Bupati sekarang yang dipimpin oleh Don J. D. da Silva yang ketika itu sebagai pejabat dari Provinsi Sunda Kecil, Frans Dapangole dan Emanuel Lena sebagai utusan dari Swapraja Nagekeo mengusulkan Boawae sebagai ibukota karena lebih berada di tengah. Sedangkan utusan dari Swapraja Ngada, A. J. Siwemole dan H. Nainawa serta Jan Jos Botha sebagai Ketua Partai Katolik Ngada mengusulkan Bajawa sebagai ibukota dengan pertimbangan sejarah yaitu bahwa Bajawa pernah menjadi ibukota Onder Afdeling Ngada dan sudah tersedia rumah jabatan serta kantor-kantor peninggalan Onder Afdeling Ngada.

Bajawa kemudian ditetapkan menjadi ibukota Daerah Tingkat II Ngada dengan Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, tanggal 12 Juli 1958, dan peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 1958.